Minggu, 10 Juli 2011

Materi Perkuliahan Perekonomian Indonesia

Silahkan Download di sini

perumpamaan sebuah pensil kayu

tentu saja semua orang mengenal pensil kayu. Pensil yang jaman sekarang nyaris tergantikan perannya oleh pensil mekanik. *ngga juga sih,, byar lebay aja.*

okay,, soo beginilah..

sebagai anak dkv, tentu aja saya ga asing sama yg namanya pensil, penghapus, dan serutan.

pensil, gunanya buad menorehkan ide di atas kertas, penghapus buad ngapus kalo salah, dan serutan buad ngeraut klo pensilnya uda tumpul. ketiga aktivitas di atas, pastinya sering banget kita lakuin.

yang pertama, ketika kita mau menggambar, tentu saja tangan kita mengambil pensil itu, kemudian menorehkannya ke kertas putih yang masih kosong. Selagi asik2nya gambar, eh tiba2 pensil kita putus. Secara spontan kita pasti ambil serutan, diserut sampai tajem.

abis diserut, nengok lagi ke kertas. ehh,, ada coretan geje gara2 patahan pensil tadi. merusak karya! then kita hapus itu coretan pake penghapus, lalu kita gambar lagi, lanjutin sampe akhirnya ngasilin sesuatu yang indah.

kejadian simple di atas, sbnernya sama loh sama idup kita. Pensil itu adalah kita, dan tangan yang megang pensil itu ga laen adalah Tuhan.

Hidup kita digerakkan olee Tuhan, Dia menggambar sesuatu yang indah di atas kisah hidup kita yang masih seputih kertas ini. Seiring waktu berjalan, karya Tuhan di dalam hidup kita, tentu aja ada cobaan2 dan rintangan2 yang kita hadapi. Yes, itu dimana saat pensilnya patah. Abis pensil itu patah, sebenernya ada tiga tindakan yang bisa kita lakuin.
Yang pertama, tinggalin pensil itu, lalu ambil pensil yang lain. Kedua, tinggalin pensilnya, tinggalin juga gambarnya, coz uda terlalu males dan ga mood buad lanjutin gambarnya, kapan2 aja deh kalo lagi niat. Dan yang ketiga, adalah yang Tuhan lakuin buat hidup kita, yaitu menyerut kembali pensil itu, dan melanjutkan pekerjaanNya.

Semua cobaan2 yang kita hadapi, jika kita melaluinya atas nama Tuhan, pastinya kita bisa lewatin itu dengan baik. Ingetkan,, Tuhan ga perna ngasih cobaan yang gag bisa kita lewatin. Tuhan tau banget lagi batesan2 kita sampe mana.

Abis kita dipertajam imannya melalui cobaan2 itu, dosa2 kita juga dihapus loh. Sebagai manusia, kalau dalam mengalami cobaan, seenggaknya pasti ada feel gimanaaaaa gitu, khawatir pasti, mungkin kadang juga kebawa emosi sesaat, gag meletakkan jawaban dan pertimbangan dalam nama Tuhan. Intinya, kita pasti ada dosanya.

Tetapi Tuhan ituu baeee banget. Dosa2 kita dihapus, sama seperti saat penghapus menghapus bekas patahan pensil yang mencoreng karya kita yang belum selesai.

Dia juga selalu membimbing kita, mempertajam kita melalui cobaan2 itu kayak rautan. kenapa Tuhan gag pilih ninggalin itu pensil atau lanjutin karya kapan2? soalnya Dia adalah Bapa yang bener2 sayang sama kita. Dia pasti
bakal lanjutin karyaNya di hidup kita sampe selesai, dan berakhir dengan hasil yang indah.

soooooooo

disgala cobaan,, dsgala suka duka, inget laa, ada Bapa yang slalu nemenin kita koo. dan percaya,, walopun sekarang hidup lagi di masa2 ga enaknya, lg jijik banget gitu sama idup,, Tuhan buat itu supaya kita bisa idup jadi baik dan lebih baik lagi dr sbelumnya. Kalo lagi masa2 berad idup,, *ini bahasa jelek amad*, itu bukan berarti Tuhan uda ngeletakkin pensilnya yang patah, dan ga lanjutin lg karyaNya. Yaampun Tuhan ga gitu lagii. Dia pasti ambil rautan deh. terus kita dipertajam sampe kita bisa melanjutkan karya tanganNya di dalam hidup kita~~

Hidup baik buat Tuhan! XD

Memaknai sempurnanya Cinta

Cinta laksana sebuah pohon yg tumbuh di dalam hati

Akar-akarnya adalah rasa rendah di hadapan Dzat yg di cintainya

Batangnya adalah mengenal-Nya

Rantingnya adalah rasa takut kepada-Nya

Daun-daunnya adalah rasa malu kepada-Nya

Buahnya adalah taat kepada-Nya

Dan bahan yg di gunakan untuk menyiramnya adalah mengingat-Nya (dzikir)

Jika salah satu hal tersebut tidak ada dalam cinta maka cinta tersebut tidak sempurna.

Sumber : http://www.bundanaila.co.cc/2011/01/memaknai-sempurnanya-cinta.html

Bekerja dan Mencintai Pekerjaan

Bekerja dan Mencintai Pekerjaan

Bagi sebagian besar orang, bekerja adalah beban. Kita mendengar ungkapan TGIF (Thank God It’s Friday), I Hate Monday, yang menunjukkan betapa kita merasa segan untuk memulai rutinitas pekerjaan hari demi hari. Dengan pola pikir seperti ini, kita tidak akan pernah mencapai hal-hal terbaik dalam hidup kita. Bagi kita bekerja adalah sekedar mengumpulkan uang kemudian untuk dinikmati-sekedar untuk bertahan hidup. Padahal sesungguhnya bekerja adalah lebih dari sekedar mencari nafkah. Makna bekerja lebih dari sekedar itu semua. Bekerja adalah perwujudan misi atau keberadaan kita dalam tubuh manusia kita. Sebagai makhluk spiritual kita memiliki tugas atau maksud keberadaan kita di dunia. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan misi hidup kita. Pekerjaan yang dapat memberi kita perasaan istimewa, pekerjaan yang kita cintai dan tekuni sepenuh hati. Seperti kutipan pembuka Bab 13 buku SQ: Connecting with Our Spiritual Intelligence karya Danah Zohar dan Ian Marshall, yang berbunyi:” It useless to waste your life on one path, especially if that path has no heart. Before you embark on a path, you ask the question: Does this path have a heart? If the answer is no, you will know it, and then you must choose another path. A path without heart is never enjoyable. You have to work hard even to take it. On the other hand, a path with heart is easy, it does not make you work at liking it. Kutipan tersebut menunjukkan tanda atau indikator apakah pekerjaan yang dapat menuntun kita kepada takdir kita atau tujuan hidup kita. Kuncinya adalah hati.

Seseorang mungkin cukup beruntung telah dapat menemukan sebuah jalan hidup yang murni dengan hati ketika usianya masih muda. Namun tidak sedikit pula yang belum menemukan makna atau jalan hidupnya ketika usianya sudah menjelang senja. Tetapi sejarah membuktikan bahwa banyak sekali mereka yang mencapai makna hidupnya pada usia senja, sebagai contoh: Kolonel Sanders (Kentucky Fried Chicken), Ray Krock (Mc Donalds), Michael Angelo (pelukis kubah Katedral Santo Petrus di Vatikan), Daniel Defoe (penulis buku Robinson Crusoe) dan masih banyak lagi.

Bekerja dengan Penuh Cinta

Cinta terhadap sesuatu, termasuk pekerjaan atau hobi dapat mewujudkan sebuah prestasi yang gemilang dalam bidang pekerjaan atau hobi kita. Jika kita mencintai apa yang kita kerjakan sehari-hari, kita dapat meraih hasil yang terbaik. Semua orang yang sukses adalah mereka yang mencintai apa yang mereka kerjakan. Sebagai teladan kita lihat Warren Buffet, salah seorang terkaya di dunia. Pada suatu hari dalam sebuah seminar di Universitas Nebraska dia ditanya rahasia kesuksesannya. Dia menjawab bahwa apa yang dia lakukan tidak ada yang istimewa,” Saya tidak berbeda dari Anda sekalian,”katanya. “Jika ada, perbedaannya hanya bahwa saya bangun setiap pagi dan memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang saya cintai setiap harinya.”

Dengan melakukan apa yang kita cintai untuk orang-orang yang kita cintai, kita akan memperoleh hal-hal terbaik yang dapat ditawarkan kehidupan ini kepada kita. Intinya, cintai pekerjaan kita atau carilah pekerjaan yang kita cintai. Banyak orang sukses karena menekuni dan melakukan hal-hal yang mereka cintai dengan kesungguhan hati.

Sumber : http://amdefi.wordpress.com/kisah-inspiratif-bermakna/

Jadilah Seperti Lebah

Jadilah Seperti Lebah


Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dantidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya) .”(Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.

Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:

Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.

Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.

Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168)

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)

Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasilperbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).

Mengeluarkan yang bersih.

Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!

Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan.“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)

Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya. Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-katakecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia.

Tidak pernah merusak

Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.

Bekerja keras

Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)

Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.

Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan

Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nyadalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)

Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu

Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.

Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman.Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl. Allahu a’lam.

di ambil dari ::

http://www.dakwatuna.com/index.php/sunnah-nabawiyah/syarah-hadits/2007/jadilah-seperti-lebah/

Gula ?????

Dalam periode tahun 2010-2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menugaskan Menteri Perindustrian MS Hidayat untuk mengejar target swasembada gula sebesar 5,7 juta ton. Secara tegas, tugas ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986.

Disebutkan, ”Kewenangan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri berada di tangan Presiden yang pelaksanaannya diserahkan kepada Menteri Perindustrian”. Juga disebutkan, ”Pelaksanaan kewenangan pembinaan dan pengembangan industri tertentu diserahkan kepada menteri lainnya. Salah satunya: industri gula pasir dari tebu diserahkan kepada Menteri Pertanian”.

Jelas sekali tanggung jawabnya. Menperin mendorong dari sisi off farm kekuatan pabrik gula untuk meningkatkan produktivitas, sedangkan Mentan memperkuat dari sisi on farm ketersediaan tebu berkualitas sebagai bahan baku utama. Jangan diabaikan peran Menteri Kehutanan dalam penyediaan lahan untuk tebu, serta Menteri Perdagangan sebagai pengatur impor gula mentah ataupun rafinasi.

Implementasinya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat Anwar Asmali mengatakan, ”Gampang kalau pemerintah hanya ingin meraih dalam angka. Bangun saja pabrik gula rafinasi. Impor gula mentah sebagai bahan bakunya. Tapi, jangan harap petani tebu bisa sejahtera.”

Revitalisasi mutlak dilakukan. Bukan sekadar tambal sulam. Apalagi, sekadar membeli mesin produksi gula secara impor. Karena itulah, untuk mendorong gerakan industri secara luas, Kementerian Perindustrian tidak sekadar membantu pembiayaan pembelian mesin pabrik gula, tetapi juga memperkuat dengan menyuntikkan modal bagi industri barang modal.

Tahun 2011, Kementerian Perindustrian mengalokasikan keringanan pembiayaan Rp 187,16 miliar untuk total investasi baru Rp 831,83 miliar. Bantuan pembiayaan diberikan untuk menyelamatkan industri gula dan swasembada tahun 2014. Cukupkah kita berhenti hanya menggapai swasembada?

Tidak demikian. Ketua Forum Industri Pengguna Gula Rafinasi Franky Sibarani menjelaskan, di dunia internasional, gula hanya dibedakan atas gula mentah (raw sugar) dan gula rafinasi, sementara Indonesia membedakan gula rafinasi dan gula konsumsi. Industri gula yang masuk program revitalisasi semestinya didorong untuk menghasilkan gula konsumsi berkualitas, sebagaimana dipahami dunia internasional dengan kadar keputihan (incumsa) tertentu.

Misalnya, gula mentah diproses di industri gula rafinasi. Hanya gula yang dihasilkan dengan incumsa 100-200 yang bisa dipasarkan untuk dikonsumsi, sementara incumsa 45 bisa disalurkan ke industri pengguna gula rafinasi.

Kalau hanya mampu menghasilkan gula kecokelatan, hasil produksi gula seharusnya tidak dipasarkan. Gula tidak hanya untuk memberikan rasa manis, tetapi juga higienis. Anehnya, di Indonesia, gula masih kecokelatan sudah dilegalkan untuk dipasarkan. Padahal, konsumen kini kian cerdas. (Stefanus Osa)

Sumber : Kompas.com

Usaha Mikro Diusulkan Bebas Pajak

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau Kemkop dan UKM usul agar pelaku usaha mikro dan kecil yang memiliki aset hingga Rp 2,5 miliar dibebaskan dari pungutan Pajak Penghasilan atau PPh. Dengan demikian, mereka memiliki ruang untuk mengembangkan usahanya hingga stabil dengan omzet atau nilai penjualan Rp 5 miliar.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Senin (4/7/2011) usai menghadiri Rapat Koordinasi tentang Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) terkait pematangan insentif pajak berupa Tax Holiday (pembebasan PPh) dan Tax Allowance (pengurangan PPh). Menurut Hasan, pihaknya usul agar pembebasan PPh itu diberikan kepada UKM dalam masa 5-8 tahun.

"Ini penting untuk keberpihakan terhadap usaha mikro," ujarnya.

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Nomor PER-32/Pj/ 2010 tentang kemudahan bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu (WP OPPT). WP OPPT itu tidak lain adalah setiap wajib pajak yang memiliki satu atau lebih tempat usaha yang bisa menjadi obyek pajak PPh Pasal 25 atau PPh yang dibayar secara berangsur-angsur setiap bulannya.

Dengan demikian, penghasilan yang diperoleh dari warung, kios, atau toko yang ada di perumahan atau di mal terkena pajak ini. Besaran PPh Pasal 25 untuk tempat usaha seperti itu ditetapkan 0,75 persen terhadap peredaran bruto.

Sebelumnya, tidak ada kejelasan mengenai tarif PPh Pasal 25 untuk tempat usaha ini dan sulit diterapkan karena tidak mudah mengukur kebenaran omzet suatu usaha, selain dari pengakuan pedagangnya sendiri.

Sumber: kompas.com