Minggu, 10 Juli 2011

Materi Perkuliahan Perekonomian Indonesia

Silahkan Download di sini

perumpamaan sebuah pensil kayu

tentu saja semua orang mengenal pensil kayu. Pensil yang jaman sekarang nyaris tergantikan perannya oleh pensil mekanik. *ngga juga sih,, byar lebay aja.*

okay,, soo beginilah..

sebagai anak dkv, tentu aja saya ga asing sama yg namanya pensil, penghapus, dan serutan.

pensil, gunanya buad menorehkan ide di atas kertas, penghapus buad ngapus kalo salah, dan serutan buad ngeraut klo pensilnya uda tumpul. ketiga aktivitas di atas, pastinya sering banget kita lakuin.

yang pertama, ketika kita mau menggambar, tentu saja tangan kita mengambil pensil itu, kemudian menorehkannya ke kertas putih yang masih kosong. Selagi asik2nya gambar, eh tiba2 pensil kita putus. Secara spontan kita pasti ambil serutan, diserut sampai tajem.

abis diserut, nengok lagi ke kertas. ehh,, ada coretan geje gara2 patahan pensil tadi. merusak karya! then kita hapus itu coretan pake penghapus, lalu kita gambar lagi, lanjutin sampe akhirnya ngasilin sesuatu yang indah.

kejadian simple di atas, sbnernya sama loh sama idup kita. Pensil itu adalah kita, dan tangan yang megang pensil itu ga laen adalah Tuhan.

Hidup kita digerakkan olee Tuhan, Dia menggambar sesuatu yang indah di atas kisah hidup kita yang masih seputih kertas ini. Seiring waktu berjalan, karya Tuhan di dalam hidup kita, tentu aja ada cobaan2 dan rintangan2 yang kita hadapi. Yes, itu dimana saat pensilnya patah. Abis pensil itu patah, sebenernya ada tiga tindakan yang bisa kita lakuin.
Yang pertama, tinggalin pensil itu, lalu ambil pensil yang lain. Kedua, tinggalin pensilnya, tinggalin juga gambarnya, coz uda terlalu males dan ga mood buad lanjutin gambarnya, kapan2 aja deh kalo lagi niat. Dan yang ketiga, adalah yang Tuhan lakuin buat hidup kita, yaitu menyerut kembali pensil itu, dan melanjutkan pekerjaanNya.

Semua cobaan2 yang kita hadapi, jika kita melaluinya atas nama Tuhan, pastinya kita bisa lewatin itu dengan baik. Ingetkan,, Tuhan ga perna ngasih cobaan yang gag bisa kita lewatin. Tuhan tau banget lagi batesan2 kita sampe mana.

Abis kita dipertajam imannya melalui cobaan2 itu, dosa2 kita juga dihapus loh. Sebagai manusia, kalau dalam mengalami cobaan, seenggaknya pasti ada feel gimanaaaaa gitu, khawatir pasti, mungkin kadang juga kebawa emosi sesaat, gag meletakkan jawaban dan pertimbangan dalam nama Tuhan. Intinya, kita pasti ada dosanya.

Tetapi Tuhan ituu baeee banget. Dosa2 kita dihapus, sama seperti saat penghapus menghapus bekas patahan pensil yang mencoreng karya kita yang belum selesai.

Dia juga selalu membimbing kita, mempertajam kita melalui cobaan2 itu kayak rautan. kenapa Tuhan gag pilih ninggalin itu pensil atau lanjutin karya kapan2? soalnya Dia adalah Bapa yang bener2 sayang sama kita. Dia pasti
bakal lanjutin karyaNya di hidup kita sampe selesai, dan berakhir dengan hasil yang indah.

soooooooo

disgala cobaan,, dsgala suka duka, inget laa, ada Bapa yang slalu nemenin kita koo. dan percaya,, walopun sekarang hidup lagi di masa2 ga enaknya, lg jijik banget gitu sama idup,, Tuhan buat itu supaya kita bisa idup jadi baik dan lebih baik lagi dr sbelumnya. Kalo lagi masa2 berad idup,, *ini bahasa jelek amad*, itu bukan berarti Tuhan uda ngeletakkin pensilnya yang patah, dan ga lanjutin lg karyaNya. Yaampun Tuhan ga gitu lagii. Dia pasti ambil rautan deh. terus kita dipertajam sampe kita bisa melanjutkan karya tanganNya di dalam hidup kita~~

Hidup baik buat Tuhan! XD

Memaknai sempurnanya Cinta

Cinta laksana sebuah pohon yg tumbuh di dalam hati

Akar-akarnya adalah rasa rendah di hadapan Dzat yg di cintainya

Batangnya adalah mengenal-Nya

Rantingnya adalah rasa takut kepada-Nya

Daun-daunnya adalah rasa malu kepada-Nya

Buahnya adalah taat kepada-Nya

Dan bahan yg di gunakan untuk menyiramnya adalah mengingat-Nya (dzikir)

Jika salah satu hal tersebut tidak ada dalam cinta maka cinta tersebut tidak sempurna.

Sumber : http://www.bundanaila.co.cc/2011/01/memaknai-sempurnanya-cinta.html

Bekerja dan Mencintai Pekerjaan

Bekerja dan Mencintai Pekerjaan

Bagi sebagian besar orang, bekerja adalah beban. Kita mendengar ungkapan TGIF (Thank God It’s Friday), I Hate Monday, yang menunjukkan betapa kita merasa segan untuk memulai rutinitas pekerjaan hari demi hari. Dengan pola pikir seperti ini, kita tidak akan pernah mencapai hal-hal terbaik dalam hidup kita. Bagi kita bekerja adalah sekedar mengumpulkan uang kemudian untuk dinikmati-sekedar untuk bertahan hidup. Padahal sesungguhnya bekerja adalah lebih dari sekedar mencari nafkah. Makna bekerja lebih dari sekedar itu semua. Bekerja adalah perwujudan misi atau keberadaan kita dalam tubuh manusia kita. Sebagai makhluk spiritual kita memiliki tugas atau maksud keberadaan kita di dunia. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan misi hidup kita. Pekerjaan yang dapat memberi kita perasaan istimewa, pekerjaan yang kita cintai dan tekuni sepenuh hati. Seperti kutipan pembuka Bab 13 buku SQ: Connecting with Our Spiritual Intelligence karya Danah Zohar dan Ian Marshall, yang berbunyi:” It useless to waste your life on one path, especially if that path has no heart. Before you embark on a path, you ask the question: Does this path have a heart? If the answer is no, you will know it, and then you must choose another path. A path without heart is never enjoyable. You have to work hard even to take it. On the other hand, a path with heart is easy, it does not make you work at liking it. Kutipan tersebut menunjukkan tanda atau indikator apakah pekerjaan yang dapat menuntun kita kepada takdir kita atau tujuan hidup kita. Kuncinya adalah hati.

Seseorang mungkin cukup beruntung telah dapat menemukan sebuah jalan hidup yang murni dengan hati ketika usianya masih muda. Namun tidak sedikit pula yang belum menemukan makna atau jalan hidupnya ketika usianya sudah menjelang senja. Tetapi sejarah membuktikan bahwa banyak sekali mereka yang mencapai makna hidupnya pada usia senja, sebagai contoh: Kolonel Sanders (Kentucky Fried Chicken), Ray Krock (Mc Donalds), Michael Angelo (pelukis kubah Katedral Santo Petrus di Vatikan), Daniel Defoe (penulis buku Robinson Crusoe) dan masih banyak lagi.

Bekerja dengan Penuh Cinta

Cinta terhadap sesuatu, termasuk pekerjaan atau hobi dapat mewujudkan sebuah prestasi yang gemilang dalam bidang pekerjaan atau hobi kita. Jika kita mencintai apa yang kita kerjakan sehari-hari, kita dapat meraih hasil yang terbaik. Semua orang yang sukses adalah mereka yang mencintai apa yang mereka kerjakan. Sebagai teladan kita lihat Warren Buffet, salah seorang terkaya di dunia. Pada suatu hari dalam sebuah seminar di Universitas Nebraska dia ditanya rahasia kesuksesannya. Dia menjawab bahwa apa yang dia lakukan tidak ada yang istimewa,” Saya tidak berbeda dari Anda sekalian,”katanya. “Jika ada, perbedaannya hanya bahwa saya bangun setiap pagi dan memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang saya cintai setiap harinya.”

Dengan melakukan apa yang kita cintai untuk orang-orang yang kita cintai, kita akan memperoleh hal-hal terbaik yang dapat ditawarkan kehidupan ini kepada kita. Intinya, cintai pekerjaan kita atau carilah pekerjaan yang kita cintai. Banyak orang sukses karena menekuni dan melakukan hal-hal yang mereka cintai dengan kesungguhan hati.

Sumber : http://amdefi.wordpress.com/kisah-inspiratif-bermakna/

Jadilah Seperti Lebah

Jadilah Seperti Lebah


Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dantidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya) .”(Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.

Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:

Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.

Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.

Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168)

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)

Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasilperbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).

Mengeluarkan yang bersih.

Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!

Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan.“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)

Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya. Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-katakecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia.

Tidak pernah merusak

Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.

Bekerja keras

Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)

Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.

Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan

Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nyadalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)

Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu

Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.

Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman.Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl. Allahu a’lam.

di ambil dari ::

http://www.dakwatuna.com/index.php/sunnah-nabawiyah/syarah-hadits/2007/jadilah-seperti-lebah/

Gula ?????

Dalam periode tahun 2010-2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menugaskan Menteri Perindustrian MS Hidayat untuk mengejar target swasembada gula sebesar 5,7 juta ton. Secara tegas, tugas ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986.

Disebutkan, ”Kewenangan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri berada di tangan Presiden yang pelaksanaannya diserahkan kepada Menteri Perindustrian”. Juga disebutkan, ”Pelaksanaan kewenangan pembinaan dan pengembangan industri tertentu diserahkan kepada menteri lainnya. Salah satunya: industri gula pasir dari tebu diserahkan kepada Menteri Pertanian”.

Jelas sekali tanggung jawabnya. Menperin mendorong dari sisi off farm kekuatan pabrik gula untuk meningkatkan produktivitas, sedangkan Mentan memperkuat dari sisi on farm ketersediaan tebu berkualitas sebagai bahan baku utama. Jangan diabaikan peran Menteri Kehutanan dalam penyediaan lahan untuk tebu, serta Menteri Perdagangan sebagai pengatur impor gula mentah ataupun rafinasi.

Implementasinya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat Anwar Asmali mengatakan, ”Gampang kalau pemerintah hanya ingin meraih dalam angka. Bangun saja pabrik gula rafinasi. Impor gula mentah sebagai bahan bakunya. Tapi, jangan harap petani tebu bisa sejahtera.”

Revitalisasi mutlak dilakukan. Bukan sekadar tambal sulam. Apalagi, sekadar membeli mesin produksi gula secara impor. Karena itulah, untuk mendorong gerakan industri secara luas, Kementerian Perindustrian tidak sekadar membantu pembiayaan pembelian mesin pabrik gula, tetapi juga memperkuat dengan menyuntikkan modal bagi industri barang modal.

Tahun 2011, Kementerian Perindustrian mengalokasikan keringanan pembiayaan Rp 187,16 miliar untuk total investasi baru Rp 831,83 miliar. Bantuan pembiayaan diberikan untuk menyelamatkan industri gula dan swasembada tahun 2014. Cukupkah kita berhenti hanya menggapai swasembada?

Tidak demikian. Ketua Forum Industri Pengguna Gula Rafinasi Franky Sibarani menjelaskan, di dunia internasional, gula hanya dibedakan atas gula mentah (raw sugar) dan gula rafinasi, sementara Indonesia membedakan gula rafinasi dan gula konsumsi. Industri gula yang masuk program revitalisasi semestinya didorong untuk menghasilkan gula konsumsi berkualitas, sebagaimana dipahami dunia internasional dengan kadar keputihan (incumsa) tertentu.

Misalnya, gula mentah diproses di industri gula rafinasi. Hanya gula yang dihasilkan dengan incumsa 100-200 yang bisa dipasarkan untuk dikonsumsi, sementara incumsa 45 bisa disalurkan ke industri pengguna gula rafinasi.

Kalau hanya mampu menghasilkan gula kecokelatan, hasil produksi gula seharusnya tidak dipasarkan. Gula tidak hanya untuk memberikan rasa manis, tetapi juga higienis. Anehnya, di Indonesia, gula masih kecokelatan sudah dilegalkan untuk dipasarkan. Padahal, konsumen kini kian cerdas. (Stefanus Osa)

Sumber : Kompas.com

Usaha Mikro Diusulkan Bebas Pajak

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau Kemkop dan UKM usul agar pelaku usaha mikro dan kecil yang memiliki aset hingga Rp 2,5 miliar dibebaskan dari pungutan Pajak Penghasilan atau PPh. Dengan demikian, mereka memiliki ruang untuk mengembangkan usahanya hingga stabil dengan omzet atau nilai penjualan Rp 5 miliar.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Senin (4/7/2011) usai menghadiri Rapat Koordinasi tentang Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) terkait pematangan insentif pajak berupa Tax Holiday (pembebasan PPh) dan Tax Allowance (pengurangan PPh). Menurut Hasan, pihaknya usul agar pembebasan PPh itu diberikan kepada UKM dalam masa 5-8 tahun.

"Ini penting untuk keberpihakan terhadap usaha mikro," ujarnya.

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Nomor PER-32/Pj/ 2010 tentang kemudahan bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu (WP OPPT). WP OPPT itu tidak lain adalah setiap wajib pajak yang memiliki satu atau lebih tempat usaha yang bisa menjadi obyek pajak PPh Pasal 25 atau PPh yang dibayar secara berangsur-angsur setiap bulannya.

Dengan demikian, penghasilan yang diperoleh dari warung, kios, atau toko yang ada di perumahan atau di mal terkena pajak ini. Besaran PPh Pasal 25 untuk tempat usaha seperti itu ditetapkan 0,75 persen terhadap peredaran bruto.

Sebelumnya, tidak ada kejelasan mengenai tarif PPh Pasal 25 untuk tempat usaha ini dan sulit diterapkan karena tidak mudah mengukur kebenaran omzet suatu usaha, selain dari pengakuan pedagangnya sendiri.

Sumber: kompas.com

Materi Ekonomi SMA Part 3

MAteri Ekonomi tambahan lagi. selamat Belajar....
1. Akuntansi dan Lingkunganya
2. Persamaan Dasar Akuntansi
3. Cara Membuat Laporan Arus Kas
4. APBN APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL
5. LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
6. Perbedaan aglosaxon dan kontinental

Materi Ekonomi SMA Part 2

Tambahan pelajaran yang bisa didownload
1. KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN
2. Akuntansi dan Lingkunganya
3. Akuntansi Perusahaan Jasa
4. X1II Akuntansi Perusahaan Jasa
5. KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN

Materi Ekonomi SMA Part 1

Berikut ini adalah kumpulan materi mata pelajaran ekonomi SMA dalam bentuk power point. Cukup mengklik link yang tersedia, maka materi-materi yang kamu butuhkan akan kamu dapatkan. Berikut ini adalah link yang disediakan. Silahkan dipilih….
1. Perbedaan aglosaxon dan kontinental
2. Persamaan Dasar Akuntansi
3. APBN APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL
4. Cara Membuat Laporan Arus Kas
5. LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

Perekonomian Jateng tumbuh 6,4%

Perekonomian Jateng tumbuh 6,4%
Oleh Sri Mas Sari on Thursday, 5 May 2011
http://www.bisnis-jateng.com/

SEMARANG: Perekonomian Jateng tumbuh 6,4% pada kuartal I/2011, ditopang kinerja sektor pertanian yang mengilap pada kuartal pembuka tahun ini karena panen raya tanaman pangan.
Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) pada kuartal I/2011 mencapai Rp48,88 triliun atau naik dibanding kuartal IV/2010 (q to q) yang sebesar Rp45,92 triliun.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Lukito Praptoprijoko mengemukakan sektor pertanian mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni 49,9% dibanding kuartal IV/2010 dengan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) ADHK mencapai Rp9,83 triliun.
“Ini sudah menjadi siklus, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I biasanya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan yang tinggi di sektor pertanian, karena adanya panen raya,” katanya, kemarin.
Sektor lain yang menyumbang pertumbuhan pada kuartal pembuka tahun ini, meliputi pertambangan dan penggalian sebesar 6,4%, pengangkutan dan komunikasi 0,2%, serta keuangan, real estate dan jasa perusahaan 1,6%.
Sebaliknya, laju sektor listrik, gas dan air bersih melambat 2,4%; konstruksi 1,1%; perdagangan, hotel dan restoran 1,4%; serta jasa 3,6%.
Demikian pula dengan sektor industri manufaktur yang merosot 0,1% karena kontraksi yang dialami industri migas sebesar minus 3,9%, sedangkan pada saat yang sama industri nonmigas hanya tumbuh sebesar 0,7%.
BPS Jateng sebelumnya pun mencatat lima sektor industri mengalami penurunan produksi, yakni industri logam dasar, industri barang galian bukan logam, industri penerbitan, percetakan, reproduksi media rekaman, industri kayu, barang dari kayu dan barang anyaman serta industri tekstil.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ihwan Sudrajat berujar penurunan pada industri kayu, barang dari kayu dan barang anyaman terjadi karena pada kuartal I, pelaku usaha masih bernegosiasi untuk memenuhi order pada kuartal berikutnya.
“Pada kuartal I, mereka biasanya masih penjajakan transaksi atau mencari pembeli. Kalaupun berproduksi, mereka sebatas memenuhi order yang belum terpenuhi pada kuartal IV. Industri biasanya baru menggenjot produksi mulai semester dua,” katanya.
Adapun industri tekstil biasanya mulai tumbuh pada Juni-September, yakni ketika permintaan ekspor meningkat karena didorong musim panas di Amerika Serikat dan sejumlah negara di kawasan Eropa.
Kendati demikian, sektor industri manufaktur tetap menjadi penyumbang terbesar PDRB Jateng, dengan kontribusi mencapai Rp15,75 triliun atau 32,2% dari total nilai PDRB ADHK pada kuartal I/2011, sedangkan sektor pertanian hanya memberi andil sebesar 20,11%.
Sementara, ditinjau dari sisi penggunaan, komponen konsumsi pemerintah menunjukkan laju minus 13,5% karena penyerapan anggaran belum optimal pada kuartal I.
“Pada awal tahun, anggaran pemerintah memang belum banyak yang digunakan,” ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jateng Syarifuddin Nawie.
Penurunan juga terjadi pada komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 1,2%. Di sisi lain, sektor konsumsi rumah tangga tumbuh 0,7%; konsumsi lembaga non profit 0,2%; ekspor 3,7%.
Komponen konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar dengan andil mencapai 63,74% terhadap total PDRB ADHK.

Buku Sekolah elektronik (BSE) Ekonomi SMA Kelas XII part 1

Download Buku-Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran ekonomi kelas XII di link-link di bawah ini. Tinggal pilih…..
1. BSE_KelasXII_Ekonomi_BambangW.pdf
2. BSE_KelasXII_Ekonomi_ChumidatusSadyah.pdf
3. BSE_KelasXII_Ekonomi_Indrastuti.pdf

Buku Sekolah elektronik (BSE) Ekonomi SMA Kelas XI part 1

Download Buku-Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran ekonomi kelas XI di link-link di bawah ini. Tinggal pilih…..
1. BSE_KelasXI_Ekonomi_BambangW.pdf
2. BSE_KelasXI_Ekonomi_ChumidatusSadyah.pdf
3. BSE_KelasXI_Ekonomi_AgusMahfudz.pdf

Buku Sekolah elektronik (BSE) Ekonomi SMA Kelas X part 2

Tambahan Buku Ekonomi Kelas X
1. BSE_KelasX_Ekonomi_SriNurMulyani.pdf
2. BSE_KelasX_Ekonomi_Yulieko.pdf
3. BSE_KelasX_Ekonomi_ChumidatusSadyah.pdf
4. BSE_KelasX_EkonomiIsmawanto.pdf

Buku Sekolah elektronik (BSE) Ekonomi SMA Kelas X part 1

Download Buku-Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran ekonomi kelas X di link-link di bawah ini. Tinggal pilih…..
1. BSE_KelasX_Ekonomi_Supriyanto.pdf
2. BSE_KelasX_Ekonomi_Nurcahyaningtyas.pdf
3. BSE_KelasX_Ekonomi_MintasihIndriayu.pdf
4. BSE_KelasX_Ekonomi_Sukardi.pdf
5. BSE_KelasX_Ekonomi_BambangW.pdf

Soal Try Out UN Part 3

Jika masih kekurangan soal latihan UN, ni ada tambahan soal.

1. soal-ekonomi-tryout-1-paket-a.rar
2. soal-ekonomi-tryout-1-paket-b.rar
3. soal-ekonomi-tryout-2-paket-a1.rar
4. soal-ekonomi-tryout-3-paket-a.rar
5. pre_ekonomi_un_sma_ips_2009.rar

Soal Try Out UN Part 2

1. soalunekonomixiiipslat8.rar
2. soalunekonomixiiipslat9.rar
3. soalunekonomixiiipslat10.rar
4. soalunekonomixiiipslat11.rar
5. soalunekonomixiiipslat12.rar
6. soalunekonomixiiipslat13.rar
7. soalunekonomixiiipslat14.rar
8. soalunekonomixiiipslat15.rar

Soal Try Out UN Part 1

G usah khawatir menyambut Ujian Naional. Bagi yang membutuhkan soal-soal untuk persiapan ujian nasional mata pelajaran ekonomi SMA, dapat di download di link-link di bawah ini. Selamat Belajar….
1. soalunekonomixiiipslat1.rar
2. soalunekonomixiiipslat2.rar
3. soalunekonomixiiipslat3.rar
4. soalunekonomixiiipslat4.rar
5. soalunekonomixiiipslat5.rar
6. soalunekonomixiiipslat6.rar
7. soalunekonomixiiipslat7.rar

Soal-Soal Ekonomi/Akuntansi

Bagi yang membutuhkan soal-soal untuk memperdalam pemahaman mata pelajaran ekonomi/akuntansi SMA, g usah pusing-pusing. Ni da banyak pilihane. Tinggal pilih…..
1. Soal Pengantar Akuntansi
2. Soal Latihan Akuntansi Perusahaan Jasa
3. Soal Siklus Akuntansi Peruahaan Dagang
4. Contoh Soal Persamaan Dasar Akuntansi
5. Soal dasar-dasar akuntansi

MENGENAL BENTUK-BENTUK AKUISISI

MENGENAL BENTUK-BENTUK AKUISISI

Diposkan oleh NM. WAHYU KUNCORO, SH Senin, Juni 22, 2009

Akuisisi atau yang lebih dikenal dengan pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Dari definisi sebagaimana diuraikan, pada prakteknya, akuisisi tidak selamanya dilakukan dengan mengambil alih kepemilikan saham suatu perseroan. Dalam praktek akuisisi banyak dikenal dalam beberapa bentuk, antara lain seperti :
1. akuisisi horizontal :
akuisisi perusahaan dimana perusahaan yang diakuisisi adalah para pesaingnya, baik pesaing yang mempunyai produk yang sama, atau yang memiliki teritorial pemasaran yang sama, dengan tujuan untuk memperbesar pangsa pasar atau membunuh pesaing
2. akuisisi vertikal :
akuisisi oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain yang masih dalam satu mata rantai produksi, yakni suatu perusahaan dalam arus pergerakan produksi dari hulu ke hilir
3. akuisisi konglomerat :
akuisisi terhadap perusahaan yang tidak terkait baik secara horizontal maupun vertikal
4. akuisisi eksternal :
akuisisi yang terjadi antara dua atau lebih perusahaan, masing-masing dalam grup yang berbeda, atau tidak dalam grup yang sama.
5. akuisisi internal :
kebalikan akuisisi eksternal, dalam akuisisi internal perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi masih dalam satu grup usaha.
6. akuisisi saham :
akuisisi perusahaan dimana yang diakuisisi atau dibeli adalah sahamnya perusahaan target, baik dengan uang tunai, maupun dibayar dengan sahamnya pengakuisisi atau perusahaan lainnya. Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51%(simple majority), atau paling tidak setelah akuisisi tersebut, pihak pengakuisisi memegang saham paling tidak 51%.sebab jika kurang dari presentase tersebut, perusahaan target tidak bisa dikontrol, karenanya yang terjadi hanya jual beli saham biasa saja.
7. akuisisi aset :
pegakuisisian terhadap aset perusahaan target dengan atau tanpa ikut mengasumsi/mengambil alih seluruh kewajiban perusahaan target terhadap pihak ketiga.
8. akuisisi kombinasi :
kombinasi antara akuisisi saham dengan akuisisi aset.
9. akuisisi bertahap :
akuisisi yang tidak dilaksanakan sekaligus, misalnya dengan pembelian convertible bonds oleh perusahaan pengakuisisi, maka tahap pertama perusahaan pengakuisisi mendrop dana ke perusahaan target lewat pembelian bonds yang kemudian ditukar dengan equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik, hak opsi ada pada pemilik convertible bonds, yang adalah Perusahaan pergakuisisi.
10. akuisisi strategis :
akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan latar belakang untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, sebab dengan akuisisi diharapkan dapat meningkatkan sinergi usaha, mengurangi resiko (karena diversivikasi), memperluas pangsa pasar, meningkatkan efisiensi, dsb
11. akuisisi finansial :
akuisisi yang dilakukan untuk meningkatkan keuntungan finansial semata-mata dalam waktu sesingkat-singkatnya.bersifat spekulatif, dengan keuntungan yang diharapkan lewat pembelian saham/aset yang murah tetapi dengan income perusahaan target yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas maka jelas, bicara tentang akuisisi tidak selamanya harus bicara tentang pengambil alih kepemilikan saham. Lalu, apakah akuisisi itu sama dengan jual beli saham ? jawabnya tentu saja tidak. Perbedaan jual beli saham dengan akuisisi saham adalah pada jumlah saham yang dibeli (haruslah paling sedikit 51%, atau paling tidak setelah akuisisi tersebut, pihak pengakuisisi memegang saham paling tidak 51%).

KRONOLOGIS Krisis Sub-prime Mortgage di Amerika Serikat

KRONOLOGIS Krisis Sub-prime Mortgage di Amerika Serikat
Oleh: Dahlan Iskan
Sumber: Jawa Pos

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya ”menceritakan’ ‘ secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:
Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun.
Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan direkturnya.
Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.
Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka.
Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung.
Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak.
Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.
Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi?
Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush. Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres?
Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over.
Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan.
Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Parapemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana.
Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi.
Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesiaatau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!
Sudah lebih dari 60 tahun cara ”membesarkan’ ‘ perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia.
Tapi, itu belum cukup.
Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized!
Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup.
Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya.
Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah?
Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?
Adajalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut ”Deregulasi Kontrol Moneter”. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.
Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.
Begini ceritanya:
Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja seperti KPR, meski tidak sama).
Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.
Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubainaik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.
Dengan keluarnya ”jalan baru” pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.
Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi ”jalan baru” yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986.
Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.
Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sanapajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark, gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen. Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin.
Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD 700 miliar setahun.
Kata ”mortgage” berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.
Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.
Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers?
Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh ”para pelaku bisnis keuangan” sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba.
Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.
Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar, bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.
Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.
Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.
Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ”bank jenis lain” yang disebut investment banking.
Apakah investment banking itu bank?
Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ”hanya mirip” bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam ”deposito” dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu.
Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang dengan istilah ”personal banking”.
Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana, saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu.
Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow.
Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.
Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gayahidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun.
Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran.
Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar, rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.
Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar.
Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.
Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?
Itulah yang ditanyakan anggota DPRASsekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesiadijadikan satu.
Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesiayang ”menabung” -kanuangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu.
Sebesar tabungan itulah Indonesiaakan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok.
Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana. Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)
KRONOLOGIS Krisis Sub-prime Mortgage di Amerika Serikat

Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter

Monetary Policy
Bank Indonesia berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi. Bank Indonesia juga dapat melakukan upaya pengendalian moneter antara lain melalui:
(i) operasi pasar terbuka,
(ii) penetapan tingkat diskonto,
(iii) penetapan cadangan wajib minimum,
(iv) pengaturan kredit atau pembiayaan.
Cara-cara pengendalian moneter juga dapat dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah.
:: Operasi Pasar Terbuka (OPT)
Open Market Operation (OMO), OPT merupakan salah satu instrumen moneter Bank Indonesia untuk mengendalikan jumlah uang Rupiah yang beredar. Mekanisme pengendalian uang primer melalui OPT dapat dilakukan melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), pembelian surat berharga, ataupun intervensi di pasar valuta asing.
:: Penetapan Tingkat Diskonto
Discount Rate Setting Bank Indonesia dapat pula memelihara stabilitas moneter dengan menentukan tingkat diskonto dalam OPT maupun dalam menjalankan fungsi lender of the last resort.
:: Penetapan Cadangan Wajib Minimum
Minimum Reserve Requirement Setting, Penetapan Cadangan Wajib Minimum
merupakan kebijakan yangmenetapkan sejumlah aktiva lancar yang harus dicadangkan oleh setiap bank, yang besarnya merupakan presentase dari kewajiban segeranya. Bila dipandang perlu, Bank Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter dengan menaikkan atau menurunkan besar Cadangan Wajib Minimum yang harus ditahan oleh setiap bank.
:: Peran sebagai Lender of the Last Resor
The Lender of the Last Resort, Bank Indonesia dapat berfungsi sebagai lender of the last resort dengan memberikan kredit atau pembiayaan kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek (maksimal 90 hari). Bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi dengan nilai minimal sama dengan jumlah pinjaman.
:: Kebijakan Nilai Tukar
Exchange Rate Policy, Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter. Nilai tukar yang stabil diperlukan untukterciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistemnilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetapmulai tahun 1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistemnilai tukar mengambang bebas (freefloating exchange rate system) sejak 14Agustus 1997. Dengan diberlakukannyasistem yang terakhir ini, nilai tukar Rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar merupakan cerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu tertentu melakukan upaya sterilisasi pada pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan.
:: Pengelolaan Cadangan Devisa
Reserves Assets Management, Cadangan devisa yang dikelola Bank Indonesia antara lain terdiri dari emas moneter, cadangan di IMF, cadangan dalam valuta asing, hak atas devisa yang setiap waktu dapat ditarik dari suatu badan keuangan internasional, dan tagihan lainnya. Cadangan devisa ini dikelola Bank Indonesia agar mencapai jumlah yang cukup untuk melaksanakan kebijakan moneter. Pengelolaan cadangan devisa lebih mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan daripada maksimalisasi keuntungan. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional dalam menentukan komposisi portofolio penempatan cadangan devisa.
Bank Indonesia menerapkan sistem diversifikasi dalam pengelolaan cadangan devisa, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapatdikompensasi oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai kinerja yang lebih baik.

Ekonomi Indonesia Kuartal I-2011

Ekonomi Indonesia Kuartal I-2011
Oleh Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo
sumber: http://j.mp/iEuIfu
PADA beberapa hari terakhir, kita dibombardir oleh berbagai berita tentang kinerja emiten (perusahaan yang terdaftar di pasar modal Indonesia) selama kuartal I-2011.

Yang sangat mencolok tentu kinerja perbankan yang umumnya membukukan pertumbuhan laba cukup tinggi.Umumnya lebih dari 20 persen dibandingkan kuartal I-2010. Kinerja semacam ini menggambarkan industri perbankan tumbuh secara baik, sekaligus juga mencerminkan tumbuh sehatnya dunia usaha yang mereka biayai, yaitu sektor riil Indonesia. Industri automotif kembali mencatatkan pertumbuhan penjualan cukup tinggi. Jika pada kuartal I-2010 penjualan mereka mencapai sekitar 174.000 unit, untuk periode yang sama pada 2011, industri tersebut mampu meningkatkan penjualan hingga mendekati 225.000 unit mobil.Ini berarti kenaikan hampir 30 persen.

Industri sepeda motor juga mengalami kenaikan penjualan hampir 21 persen, sehingga mencapai1,994 jutaunit, atau hampir menyentuh angka 2 juta unit di kuartal I-2011. Tidaklah mengherankan jika PT Astra International Tbk membukukan lonjakan penjualan sampai sekitar 30 persen di kuartal I-2011 sehingga mencapai hampir Rp40 triliun. Dengan tingginya kenaikan tersebut, industri ban seperti PT Gadjah Tunggal Tbk juga mengalami kenaikan penjualan sekitar 10 persen di periode yang sama tahun ini. Pertumbuhan yang sama juga dialami industri elektronika yang mengalami kenaikan lebih dari 30 persen untuk televisi jenis LCD.

Adapun televisi tabung, meskipun hampir stagnasi, masih mencatatkan pertumbuhan sekitar tujuh persen.Penjualan AC, mesin cuci, kulkas, dan sebagainya juga tumbuh tinggi. Toshiba Indonesia bahkan melaporkan terjadi ekspansi besar untuk industri TV LCD mereka, yaitu dari 360.000 unit per tahun menjadi lebih dari satu juta unit yang akan diselesaikan pada 2011 ini.Karena itu,bisa dipastikan penjualan TV LCD secara keseluruhan masih akan meningkat sangat tinggi di waktuwaktu mendatang. Di industri produk consumer, Indofood mencatatkan kenaikan penjualan hampir 16 persen.

Kenaikan seperti ini tentu diikuti peningkatan penjualan yang tidak jauh berbeda dengan perusahaan lain. PT Mayora Tbk misalnya melaporkan kenaikan penjualan lebih dari 20 persen, sehingga total penjualan selama kuartal I/2011 mencapai lebih dari Rp1,8 triliun. Sudah barang tentu kenaikan penjualan semacam ini juga dialami industri sejenis seperti Unilever, Wings, ABC, dan Orang Tua Group. Dengan melihat perkembangan sekor industri yang hampir merata di semua sektor, bukan tidak mungkin,tahun ini kita sudah mengalami apa yang disebut sebagai Industry Led Growth, yaitu pertumbuhan ekonomi yang didorong pertumbuhan tinggi sektor industri.

Pada 2010, saya bahkan berani mengatakan, pertumbuhan sektor industri Indonesia sepanjang tahun mencapai sekitar 15 persen, jauh melampaui angka resmi yang dilaporkan. Namun,jika kita melihat laporan para emiten sektor industri, serta didukung perbankan yang menjadi sumber pembiayaan mereka yang juga membukukan kenaikan laba tinggi, pertumbuhan sektor industri pengolahan yang sangat tinggi tersebut masih akan berlangsung pada 2011 ini. Dengan melihat perkembangan ini,bagaimanakah kira-kira gambaran pertumbuhan ekonomi kita secara makro? Laporan tentang kinerja perekonomian Indonesia di kuartal I-2011 akan dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pekan-pekan yang akan datang.

Dengan laporan itu,kita akan mendapatkan gambaran lebih lengkap kinerja perekonomian Indonesia, apakah lebih tinggi dari prediksi pemerintah ataukah lebih rendah? Perekonomian Indonesia mengalami lonjakan di kuartal IV-2010. Produk domestik bruto (PDB) tumbuh sebesar 6,9 persen, sehingga secara keseluruhan sepanjang 2010 perekonomian Indonesia naik 6,1 persen. Pertumbuhan secara riil tersebut jauh di bawah kinerja perekonomian secara nominal yang mencapai pertumbuhan sekitar 15 persen. Dengan kinerja seperti itu, perekonomian Indonesia pada 2010 mencapai PDB nominal sebesar Rp6.424 triliun atau sekitar USD710 miliar.

Angka tersebut menghasilkan PDB per kapita sebesar USD3.004. Yang menarik,PDB sebesar USD710 miliar tersebut jauh melampaui prediksi optimistis Goldman Sachs, lembaga keuangan ternama dari AS, yang memprediksi PDB Indonesia pada 2010 akan mencapai USD419 miliar (Lihat Goldman Sachs:”N-11 not just an acronym”, 2007). Padahal dengan prediksi tersebut, Goldman Sachs memperkirakan, Indonesia akan mencapai posisi ekonomi ketujuh dalam perekonomian dunia pada 2050.Ini berarti,posisi tersebut akan tercapai jauh lebih cepat sebagaimana yang baru-baru ini diprediksi Citibank.

Dengan melihat latar belakang itu, PDB nominal di kuartal I-2011 ini bukan tidak mungkin akan mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Suatu kenaikan sebesar 15% secara nominal akan menghasilkan PDB sekitar Rp1.725 triliun. Namun, dengan melihat kenaikan penjualan yang sangat tinggi dari berbagai laporan keuangan para emiten di atas, kenaikan PDB secara nominal berada di antara 15- 20 persen, sehingga kemungkinan PDB nominal berada di antara Rp1.725 triliun sampai Rp1.800 triliun dengan titik berat di sekitar Rp1.760 triliun.

Dengan melihat angka inflasi IHK sebesar 6,52 persen, yang sejak 2005 mengalami deviasi semakin melebar dari GDP Deflator,pertumbuhan riil dari perekonomian kita di kuartal I-2011 ini akan berada di sekitar 6,5 persen hingga 7,5 persen dengan titik berat di atas tujuh persen. Jika ini terjadi, kinerja ekonomi Indonesia sungguh telah mengalami pasang naik. Sektor industri tentu akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB.

Daftar Kode Kurs Mata Uang Negara Di Dunia Standar ISO 4217

Daftar Kode Kurs Mata Uang Negara Di Dunia Standar ISO 4217
http://organisasi.org

Dalam dunia pertukaran mata uang asing atau currency exchange umumnya dipakai kode atau simbol tertentu untuk mewakili setiap mata uang agar lebih mudah untuk identifikasi dan proses karena hanya menggunakan 3 digit karakter huruf untuk tiap-tiap mata uang yang ada.
Berikut ini adalah daftar kode mata uang di dunia :
United Arab Emirates / Uni Emirat Arab - UAE Dirham - AED
Albania - Leke - ALL
Armenia - Drams - AMD
Argentina - Pesos - ARS
Austria - Euro - EUR
Australia - Australia Dollars - AUD
Azerbaijan - Azerbaijan, New Manats - AZN
Belgium / Belgia - Euro - EUR
Bulgaria - Bulgaria, Leva - BGL
Bahrain - Bahrain, Dinars - BHD
Brunei - Brunei Darussalam, Dollars - BND
Bolivia - Bolivianos - BOB
Brazil / Brasil - Brazil Real - BRL
Belarus / Belarusia - Belarus, Rubles - BYB
Belize - Belize, Dollars - BZD
Canada / Kanada - Canada, Dollars - CAD
West Indies - US dollars - USD
Switzerland / Swiss - Switzerland, Francs - CHF
Chile - Chile, Pesos - CLP
China / Cina - China, Yuan Renminbi - CNY
Colombia / Kolombia - Colombia, Pesos - COP
Costa Rica - Costa Rica, Colones - CRC
Czeck Republic / Republik Ceko - Czech Republic, Koruny - CZK
Germany / Jerman - Euro - EUR
Denmark - Denmark, Kroner - DKK
Dominican Republic - Dominican Republic, Pesos - DOP
Algeria / Aljazair - Algeria Dinars - DZD
Ecuador / Ekuador - US dollars - USD
Estonia - Krooni - EEK
Egypt / Mesir - Egypt, Pounds - EGP
Spain / Spanyol - Euro - EUR
Finland / Finlandia - Euro - EUR
Foroyar - Denmark, Kroner - DKK
France / Perancis - Euro - EUR
United Kingdom / Inggris - United Kingdom, Pounds - GBP
Georgia - Lari - GEL
Greece / Yunani - Euro - EUR
Guatemala - Quetzales - GTQ
Hong Kong - Hong Kong, Dollars - HKD
Honduras - Lempiras - HNL
Croatia / Kroasia - Croatia, Kuna - HRK
FYROM(Macedonia) - Macedonia, Denars - MKD
Hungary / Hongaria - Forint - HUF
Indonesia - Indonesia, Rupiahs - IDR
Ireland / Irlandia - Euro - EUR
Italy / Italia - Euro - EUR
Jamaica / Jamaika - Jamaica, Dollars - JMD
Jordan / Yordania - Jordan, Dinars - JOD
Japan / Jepang - Yen - JPY
Kenya - Kenya, Shillings - KES
Kyrgyzstan - Soms - KGS
South Korea / Korea Selatan - Won - KRW
Kuwait - Kuwait, Dinars - KWD
Kazakhstan - Tenge - KZT
Lebanon / Libanon - Lebanon, Pounds - LBP
Liechtenstein - Switzerland, Francs - CHF
Lithuania - Lithuania, Litai - LTL
Luxembourg - Euro - EUR
Latvia - Latvia, Lati - LVL
Libya - Libya, Dinars - LYD
Morocco - Morocco, Dirhams - MAD
Monaco - Euro - EUR
Mongolia - Tugriks - MNT
Macau - Patacas - MOP
Maldives (Maldive Islands) - Rufiyaa - MVR
Mexico / Meksiko - Mexico, Pesos - MXN
Malaysia - Malaysia, Ringgits - MYR
Nicaragua - Cordobas - NIO
Netherlands / Belanda - Euro - EUR
Norway / Norwegia - Norway, Krone - NOK
New Zealand / Selandia Baru - New Zealand, Dollars - NZD
Oman - Oman, Rials - OMR
Panama - Balboa - PAB
Peru - Nuevos Soles - PEN
Philippines / Filipina - Philippines, Pesos - PHP
Pakistan - Pakistan, Rupees - PKR
Poland / Polandia - Zlotych - PLN
Puerto Rico - US dollars - USD
Portugal - Euro - EUR
Paraguay - Guarani - PYG
Qatar - Qatar, Rials - QAR
Romania - Romania, New Lei - RON
Russia - Russia, Rubles - RUR
Saudi Arabia / Arab Saudi - Saudi Arabia, Riyals - SAR
Sweden / Swedia - Sweden, Kronor - SEK
Singapore / Singapura - Singapore, Dollars - SGD
Slovenia - Slovenia, Tolars - SIT
Slovakia - Slovakia, Koruny - SKK
Serbia - Serbia, Dinars - CSD
El Salvador - US dollars - USD
Syria - Syria, Pounds - SYP
Thailand - Thailand, Baht - THB
Tunisia - Tunisia, Dinars - TND
Turkey / Turki - Turkey, New Lira - TRY
Trinidad and Tobago - Trinidad and Tobago, Dollars - TTD
Taiwan - Taiwan, New Dollars - TWD
Ukraine / Ukraina - Hryvnia - UAH
United States of America / Amerika Serikat - US Dollars - USD
Uruguay - Uruguay, Pesos - UYU
Uzbekistan - Uzbekistan, Sums - UZS
Venezuela - Bolivares - VEB
Viet Nam / Vietnam - Dong - VND
Yemen / Yaman - Yemen, Rials - YER
South Africa / Afrika Selatan - South Africa, Rand - ZAR
Zimbabwe - Zimbabwe Dollars - ZWD

ANALISA SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISA SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
oleh Abida Muttaqiena
http://muttaqiena.blogspot.com/2008/06/analisa-sejarah-perekonomian-indonesia.html

Indonesia terletak di posisi geografis antara benua Asia dan Eropa serta samudra Pasifik dan Hindia, sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalur sutra laut, ialah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Dari sini ada yang ke teluk Persia, melalui Suriah ke laut Tengah, ada yang ke laut Merah melalui Mesir dan sampai juga ke laut Tengah (Van Leur). Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di Barat (kekaisaran Romawi).
Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya. Raja-raja dan para bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak. Tak ada proteksi terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang “mampir”.
Penggunaan uang yang berupa koin emas dan koin perak sudah dikenal di masa itu, namun pemakaian uang baru mulai dikenal di masa kerajaan-kerajaan Islam, misalnya picis yang terbuat dari timah di Cirebon. Namun penggunaan uang masih terbatas, karena perdagangan barter banyak berlangsung dalam sistem perdagangan Internasional. Karenanya, tidak terjadi surplus atau defisit yang harus diimbangi dengan ekspor atau impor logam mulia.
Kejayaan suatu negeri dinilai dari luasnya wilayah, penghasilan per tahun, dan ramainya pelabuhan.Hal itu disebabkan, kekuasaan dan kekayaan kerajaan-kerajaan di Sumatera bersumber dari perniagaan, sedangkan di Jawa, kedua hal itu bersumber dari pertanian dan perniagaan. Di masa pra kolonial, pelayaran niaga lah yang cenderung lebih dominan. Namun dapat dikatakan bahwa di Indonesia secara keseluruhan, pertanian dan perniagaan sangat berpengaruh dalam perkembangan perekonomian Indonesia, bahkan hingga saat ini.
Seusai masa kerajaan-kerajaan Islam, pembabakan perjalanan perekonomian Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan masa reformasi.

I. SEBELUM KEMERDEKAAN
Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena keburu diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih tersisa hingga kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya perlu membagi masa pendudukan Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan perubahan-perubahan kebijakan yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia saat itu).

A. Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris).
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. VOC juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
a. Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro.
b. Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
c. Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri.
d. Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
Maka, VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek).
Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa.
Sebelum republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.

B. Pendudukan Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
a. Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
b. Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil produksi.
c. The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
a. Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
b. Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c. Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.

C. Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.

D. Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a. Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
b. Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c. Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.

E. Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.

II. ORDE LAMA
A. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :
Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI.
Kas negara kosong.
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
a. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
b. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
c. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
d. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
e. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 >>mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
f. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).

B. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
a. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
b. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
c. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
e. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

C. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
a. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
b. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
c. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, eonomi, maupun bidang-bidang lain.

III. ORDE BARU

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salahsatu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun).
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum orang yang akan menikah.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil. Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.




IV. ORDE REFORMASI

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.

A. Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
a. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
b. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.

B. Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negri masih kurang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku modul mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi
2. Creutzberg, Pieter, dan JTM Van Laanen. 1987. Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Yayasan Obor Indonesia:Jakarta.
3. Leirissa, RZ, GA Ohorella, dan Yuda B. Tangkilisan.1996. Sejarah Perekonomian Indonesia.
4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI:Jakarta.
5. Mustopo, M.Habib, dkk. 2005. Sejarah 3. Yudhistira:Jakarta